ANALISIS NERACA PEMBAYARAN
Pendahuluan
Analisis berkenaan neraca pembayaran
adalah hal yang perlu bagi mahasiswa fakultas ekonomi untuk dipelajari dalam
mata kuliah pengantar ekonomi makro. Hal ini disebabkan dalam sistem ekonomi
terbuka atau ekonomi yang menjalankan kegiatan ekpor dan impor, artinya memilih
jalan untuk berhubungan ekonomi dengan negara – negara lain, seperti Indonesia
saat Ini. neraca pembayaran perlu dianalisis karena apabila neraca pembayaran
mengalami tidak keseimbangan, suatu kondisi dimana uang yang dibayarkan dari
negara itu lebih besar dibandingkan dengan uang yang diterima dari negara lain,
besar pasak daripada tiang, kondisi
ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif, seperti ; kurs valuta asing yang
tidak stabil, kondisi ekonomi menjadi menurun perkembangannya, aliran uang berpindah
keluar negeri, hingga pendapatan rata – rata masyarakat menjadi menurun. Maka
dari itu untuk menyikapi masalah tersebut, perlu dianalisis berkenaan dengan
neraca pembayaran.
Analisis Neraca Pembayaran ;
Pembahasan
- Neraca Pembayaran :
a. Bentuk
Dasar Neraca Pembayaran
b. Defisit
dan Surplus dalam Neraca Pembayaran
- Kurs Valuta Asing
- Kebijakan Pemerintah
Penjabaran
:
- Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran
adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan
dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan negara lain dalam
satu tahun tertentu[1]. Atau neraca pembayaran dapat didefinisikan
sebagai suatu ringkasan pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang
dilakukan dari negara – negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke
negara – negara lain dalam satu tahun tertentu[2].
Neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi dua bagian utama, yakni neraca
berjalan dan neraca modal.
NERACA
BERJALAN
Neraca berjalan
mencatat transaksi, seperti :
a.
ekspor dan impor barang tampak
b.
ekspor dan impor jasa (atau barang tak
tampak)
c.
pembayaran pindahan neto ke luar negeri
Berikut penjabarannya :
a.
Nilai Ekspor dan Impor Barang Tampak
Barang tampak adalah
barang yang dapat diraba oleh pancaindra atau benda yang dapat dilihat, diraba,
ataupun dirasakan, keberadaannya. Jadi yang dimaksudkan ekpor dan impor barang
tampak adalah suatu kegitan dimana suatu negara menjual atau mengekspor dan
menerima (impor) barang yang nyata baik bentuk, rasa, ataupun dapat terlihat
oleh pancaindra. Adapun transaksi ini meliputi hasil – hasil pertanian/ sektor
real, barang – barang produksi industri, ataupun barang – barang sektor
tambang, maupun barang lainnya yang bentuknya dapat dilihat, diraba, maupun
dirasakan, tampak. Kemudian neraca (perbedaan antara ekspor dan impor dari
perdagangan tamapk yaitu perdagangan dalam barang – barang tampak, dinamakan neraca perdagangan[3].
Apabila nilai neraca positif, artinya ekpor atau penerimaan negara melebihi
dari pada impor(pembayaran negara), begitu juga sebaliknya.
b.
Nilai Eksor dan Impor Barang Tak Tampak
Ekspor dan impor barang
tak tampak adalah kebalikan daripada barang tampak. Artinya ekspor dan impor
barang tak tampak adalah suatu kegiatan ekonomi terbuka, dimana objeknya itu
merupakan barang – barang yang tidak berwujud, tetapi dapat dirasakan. Adapun
transaksi yang termasuk ke dalam neraca ekpor dan impor barang tak tampak yaitu
pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari barang – barang tempak yang di
ekpor atau di impor, perbelanjaan para pelancong, dan pendapatan berinvestasi
(bunga, keuntungan, maupun deviden). Kemudian neraca perdangangan tak tampak
yaitu, nilai bersih dari ekspor dan impor jasa – jasa, dinamakan neraca jasa. Neraca jasa suatu negara
yang positif berarti negara tersebut lebih banyak menjual jasa keluar negeri
dari membelinya dari negara – negara lain. Dan apabila negatif seperti neraca
perdagangan, yakni disebabkan karena lebih banyak membeli dari pada menjual ke
negara lain.
c.
Pembayaran Pindahan
Yang dimaksudkan
pembayaran pindahan ini adalah aliran uang yang dilakukan oleh pihak pemerintah
dan swasta dimana penerimanya tidak perlu menukarkan dengan barang dan jasa,
contohnya seperti bantuan korban gempa di jepang, dari indonesia. Mengirimkan
uang untuk membiayai perbelanjaan anak – anak bersekolah di luar negara adalah contoh lain[4].
NERACA
MODAL
Neraca modal meliputi
dua golongan transaksi, yaitu aliran modal jangka panjang dan aliran modal keuangan
swasta[5].
a.
Aliran Modal Jangka Panjang
Aliran modal jangka
panjang meliputi dua jenis aliran, yakni aliran modal resmi dan investasi
langsung dari pihak swasta ke negara – negara lain. Aliran modal resmi adalah
pinjaman dan pembayaran di antara badan – badan pemerintah dari suatu negara ke
negara – negara lain. Sedangkan aliran investasi langsung oleh pihak swasta
adalah penanaman modal langsung, yaitu investasi berupa mendirikan perusahaaan,
terutama perindustrian. Kemudian modal yang dibelanjakan diperoleh dari negara
asal perusahaan tersbut. Selanjutnya dalam aliran modal jangka panjang,
perbedaan di antara modal jangka panajng yang diterima dari luar negeri dengan
modal yang dibayarkan ke dalam negeri dinamakan neraca modal jangka panjang. Neraca modal jangka panjang bernilai
positif apabila lebih banyak modal yang diterima ke dalam negeri daripada yang
dibayarkan. Dengan positifnya neraca modal jangka panjang, aliran seperti ini
dapat membantu memperkukuh neraca pembayaran karena pertumbuhan ekonomi menjadi
meningkat saat banyak modal yang masuk ke suatu perekonomian. Disamping itu,
dapat meningkatkan perbelanjaan pembangunan pemerintah dan investasi sektor
swasta.
b.
Aliran Modal Swasta dan
Kesilapan-Ketinggalan
Dua akun penting lain
dalam neraca pembayaran meliputi akun modal
swasta dan kesilapan atau ketinggalan.
Modal swasta adalah aliran –aliran modal dalam dalam bentuk tabungan atau
investasi keuangan yang cepat ditukarkan kembali kepada valuta asal atau valuta
lainnya[6].
Aliran ini disebut sebagai hot money
dikarenakan mengalir dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Kemudian yang
dimaksudkan dengan akun kesilapan-ketinggalan merupakan akun yang menaksir
besarnya aliran uang yang tidak dapat dicatat. Dalam setiap neraca harus ada
akun kesilapan-ketinggalan karena mungkin saja keliru dalam mengakui pembayaran
ataupun penerimaan dalam transaksi ekonomi terbuka. Misalnya anggaran telah
disiapkan sebesar Rp 100.000 kemudian setelah bertansaksi sisa anggaran sebesar
Rp 20.000, artinya uang yang dibenajakan sebesar Rp 80.000, tetapi fraktur yang
didapat hanya berjumlah Rp 75.000, maka dari itu, untuk mencatat jumlah sebesar
Rp 5.000 akan dimasukkan ke akun kesilapan-ketinggalan.
NERACA
KESELURUHAN
Selain dari neraca
berjalan dan modal, masih ada satu lagi neraca dalam neraca pembayaran, yakni
neraca keseluruhan. Neraca keseluruhan adalah aliran pembayaran dan investasi
yang masuk ke dalam suatu negara dalam suatu waktu tertentu dan aliran
pembayaran dan investasi yang keluar ke negara – negara lain. Neraca
keseluruhan bernilai positif apabila aliran pembayaran dan investasi ke dalam
negeri itu lebih besar dibandingkan aliran pembayaran dan investasi ke luar
negeri.
Apabila neraca
keseluruhan bernilai positif maka bank sentral mendapat pertambahan cadangan
valuta asing karena negara lain membayar dan melakukan investasi ke dalam sutu
perekonomian tersbut, begitupun sebaliknya. Dengan banyaknya cadangan valuta
asing, ini menggambarkan bahwa perekonomian di suatu ngara tersebut mengalami
surplus dalam pertumbuhannya.
KESEIMBANGAN
NERACA PEMBAYARAN
Apabila dicermati dari
uraian diatas, maka dapat dikonklusikan bahwa neraca pembayaran yang seimbang,
yakni aliran uang dan modal ke luar negeri sama dengan aliran uang dan modal ke
dalam negeri, ini tidak menjamin apakah neraca berjalan akan selalu seimbang,
dan begitu pula neraca modal. Sebab neraca pembayaran menjadi tidak seimbang
dikarenakan ketidakseimbangan dalam neraca berjalan dan neraca modal akan
diseimbangkan oleh perubahan cadangan valuta asing yang dimiliki bank sentral[7].
Berikut alasannya :
Neraca berjalan + 50
Neraca modal jangak panjang +
10
Modal keuangan swasta - 30
Neraca Keseluruhan +
30
Perubahan
cadangan mata
uang asing bank sentral - 30
Contoh
di atas menggambarkan bahwa neraca berjalan mengalami surplus +50 artinya
aliran penerimaan lebih besar dibandingkan aliran pembayarn impor keluar
negeri. Aliran modal jangka panjang mangalami surplus +10, ini juga berarti
modal yang ditanamkan ke dalam negeri lebih besar dibandingkan aliran modal
keluar negeri. Serta dalam aliran modal keuangan swasta mengalami defisit -30,
yang berarti modal swasta keluar negeri lebih besar alirannya diabndingkan
aliran modal swasta ke dalam negeri. Ini menyebabkan neraca keseluruhan hanya
memperoleh sebesar surplus 30. Surplus dalam neraca keseluruhan ini berarti :
negara yang bersangkutan menerima +30 dari negara – negara lain. Ini
menyebabkan cadangan valuta asing bank sentral bertambah dengan jumlah yang
sama. Akibat dari pertambahan cadangan ini maka neraca pembayaran telah menjadi
seimbang. ( catatan ; tanda negatif dalam neraca pembayaran dalam perubahan
valuta asing menggambarkan pertambahan cadangan, dan begitupun sebaliknya).
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
INDONESIA
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011 mengalami
surplus sebesar $11,9 miliar. Transaksi berjalan dan transaksi modal dan
keuangan masing-masing memberikan kontribusi surplus sebesar $2,1 miliar dan
$14,0 miliar. Surplus transaksi berjalan ditopang oleh kinerja ekspor yang
masih mampu tumbuh cukup tinggi kendati dihadapkan pada permintaan dunia yang
melemah. Sementara itu, surplus transaksi modal dan keuangan didukung oleh arus
masuk investasi langsung asing (PMA) dan penarikan utang luar negeri sektor
swasta yang meningkat seiring iklim investasi yang kondusif dan kestabilan
makroekonomi yang terjaga. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa
bertambah dari $96,2 miliar pada akhir 2010 menjadi $110,1 miliar pada akhir
2011 atau setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
Secara kuartalan, NPI menunjukkan kinerja positif pada triwulan I dan II,
antara lain karena harga komoditas ekspor yang dalam periode tersebut masih
tumbuh tinggi dan arus masuk investasi portofolio asing yang masih cukup deras.
Memasuki triwulan III, NPI berubah menjadi defisit, terutama akibat imbas
negatif dari krisis keuangan di Eropa yang memicu terjadinya arus keluar
investasi portofolio asing. Tekanan negatif terhadap NPI kemudian berkurang
pada triwulan IV setelah investasi portofolio asing masuk kembali dan investasi
langsung asing serta penarikan utang luar negeri swasta meningkat secara
signifikan. Meskipun secara keseluruhan membaik, kinerja NPI pada triwulan IV
ditandai oleh terjadinya defisit pada transaksi berjalan. Defisit yang relatif
kecil tersebut (sekitar 0,4% dari PDB) terjadi karena impor terus meningkat
sejalan dengan kuatnya permintaan domestik sedangkan ekspor menurun akibat
permintaan dunia dan harga komoditas yang melemah.
Sumber : Laporan Neraca
Pembayaran Indonesia – Reaslisasi Triwulan IV 2011 SATUAN 2009
- Kurs Valuta Asing
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing yang menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain,
didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya
rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs valuta
asing pada setiap negara selalu mengalami perubahan baik itu menurun atau pun
mengalami surplus jumlahnya, hal ini dipengaruhi faktor – faktor yang
menentukan kurs asing, seperti :
a. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebas
b. Ditentukan oleh pemerintah
PENENTUAN KURS DALAM PASAR
BEBAS
Kurs sangat dipengaruhi oleh pasar bebas, karena konsepnya kurs asing
terjadi karena ada hubungan perekonomian antara suatu negara dengan negara
lain, disebut sebagai pasar bebas. Adapun penentu kurs asing dalam pasar bebas
yaitu :
Permintaan Mata Uang Asing
Permintaan mata uang asing dipengaruhi nilai kurs asing tersebut. Semakin
tinggi harga kurs asing, maka akan semakin sedikit permintaan atas uang
tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai kurs asing tersbut, maka
permintaannya akan semakin banyak. ( Sengaja dibuat, anti kopas )Ilustrasinya begini, misalnya harga dolar
amerika naik, maka barang – barang yang diimpor dari amerika ke indonesia
harganya juga naik. Dengan (asli a.n. Gusti Pares/ FE/Akuntansi unsri ) naiknya harga maka sesuai dengan teori konsumsinya
juga permintaan atas barang tersebut juga menurun. Kaitannya, apabila
permintaan mata uang asing dalam pasar bebas menurun, maka kurs valuta asing
juga semakin menurun, dikarenakn harga kurs asing naik.
Penawaran Mata Uang Asing
Penawaran akan mata uang asing, sama halnya dengan hukum penawaran dalam
mikro ekonomi, semakin tinggi harga tentu akan semakin tinggi penawaran akan
mata uang asing tesebut dan semakin rendah harga mata uang asing, semakin
sedikit penawaran mata uang tersebut.
PENENTUAN KURS PERTUKARAN
OLEH PEMERINTAH
Pemerintah dapt mencampuri dalam menentukan kurs valuta asing, tujuannya
adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan menimbulkan dampak yang
buruk ke atas perekonomian. Kurs pertukaran yang ditetapkan oleh pemerintah
adalah berbeda dengan kurs yang ditentukan oleh pasar bebas. Perbedaan antara
pertukaran yang ditetapkan oleh pemerintah dan pasar bebas, dipengaruhi oleh
kebijakan dan keputusan pemerintah mengenai kurs yang paling sesuai untuk
tujuan – tujuan pemerintah dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.
PERUBAHAN – PERUBAHAN KURS
Kurs dalam pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yakni :
Efek Kenaikan Permintaan
Kurs dipengaruhi oleh kenaikan permintaan yang menyebabkan kurs dalam pasar
bebas mengalami bentuk perubahan. Perubahan ini salah satunya disebabkan karena
kenaikan atas permintaan. Apabila kenaikan permintaan naik, maka kuantitas
valuta asing juga meningkat. Dengan meningkatnya permintaan otomatis akan
menaikkan harga valuta asing tersebut.
Efek Perubahan Penawaran
Berkebalikan dengan efek kenaikan permintaan, perubahan akan penawaran akan
menyebabkan kuantitas barang naik sedangkan harga akan turun. Hal ini
disebabkan karena apabila penawaran valuta asing naik. Apabila penawaran valuta
asing naik, maka kegunaan valuta asing sedikit diputarkan peredarannya. Dengan
sedikit pertukarannya, maka akan menyababkan penurunan harga.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS
Perubahan dalam Citaras Masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan
citaras masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang – barang
yang diproduksikan di dalam atau pun yang diimpor dari luar negeri. Perbaikan
kualitas barang – barang di dalam negeri akan mengurangi impor barang,
sedangkan perbaikan kualitas barang – barang yang diimpor menyebabkan keinginan
masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan – perubahan ini akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Apabila harga barang ekspor naik, maka valuta asing tentu banyak digunakan
dalam pasar bebas, dengan banyaknya digunakan valuta asing dalam pasar bebas
maka akan menaikkan valuta asing. Begitupun sebaliknya, dengan kenaikan harga
barang impor, maka impor menjadi turun, dan valuta asing naik. Maka dari itu,
perubahan harga – harga barang ekspor dan impor akan mempengaruhi kurs.
Inflasi
Inflasi pada umumnya berlaku menurunkan kurs valuta asing. Hal ini
disebabkan karena inflasi menyebabkan harga – harga di dalam negeri lebih mahal
dibandingkan harga – harga diluar negeri dan oleh sebab itu, inflasi cenderung
menambahkan impordan dengan bertambahnya impor maka kurs valuta asing menurun.
Kemudian, inflasi menyebabkan harga – harga barang ekspor menjadi lebih mahal,
oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor, dengan berkurangnya
ekspor akan menimbulkan kekurangan penawaran valuta asing ( harga mata uang
negara yang mengalami inflasi merosot).
Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir keluar
negeri. sedangkan dengan suku bunga dan tingakt pengembalian investasi yang
tinggi akan meyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih
banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan akan mata uangnya menjadi
bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu
negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri
karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di
negara – negara lain.
Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan dari pertumbuhan ekonomi kepada nilai mata
uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. gpares.blogspot.com Apabila
kemajuan itu terutama diakibatkan atas perkembangan ekspor, maka permintaan ke
atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh
karenanya nilai mata uang negara itu naik. gusti pares, akuntansi unsri Akan tetapi, apabila kemajuan
tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dai ekspor, penawaran mata
uang negara tersebut bertambah lebih cepat bertambah dari permintaanya dan oleh
karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot.
- Kebijakan Pemerintah dalam Ekonomi Terbuka
Dalam ekonomi terbuka masalah yang dihadapi pemerintah bertambah lebih
rumit. Pada ekonomi tertutup, pemerintah hanya melakukan kebijakan untuk
mengatasi masalah inflasi dan pengangguran. Sedangkan dalam ekonomi
terbuka, tidak hanya pemerintah memikirkan bagaimana mengatasi masalah
tersebut, tetapi ditambah dengan masalah ketidakseimbangan neraca pembayaran
dan cadangan kurs valuta asing. Tetapi pada dasarnya masalah yang dihadapi
setiap negara yang menjalani perekonomian terbuka dikarenakan hal berikut :
a. Perekonomian mengalami pengangguran tetapi surplus neraca pembayaran
b. Perekonomian mengalami inflasi tetapi surplus neraca pembayaran
c. Perekonomian mengalami pengangguran disamping itu defisit neraca pembayaran
d. Perekonomian mengalami inflasi disamping itu defisit neraca pembayaran
Dalam kasus (a) dan (b) masih menguntungakan karena neraca pembayaran
mengalami surplus, maka perlu dipikirkan hanyalah megatasi masalah pengagguran
dan inflasi. Tetapi beda halnya dengan masalah yang serentak seperti masalah
dalam (c) dan (d). Maka untuk menghadapi masalah yang serentak dapat dilakukan
:
a. Kebijakan memindahkan perbelanjaan untuk masalah (c)
b. Kebijakan mengurangkan perbelanjaan untuk masalah (d)
Kebijakan Memindahkan
Perbelanjaan
Yang dimaksudkan Kebijakan
Memindahkan Perbelanjaan adalah langkah – langkah pemerintah untuk
mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibatkan
pertambahan ekspor dan pengurangan impor. Kebijakan memindahkan perbelanjaan
dijalankan apabila ; defisit neraca pembayaran wujud ketika perekonomian juga
mneghadapi masalah pengangguran. Kebijakan memindahkan impor dan mendorong
konsumsi barang dalam negeri adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini :
a. Melakukan pembatasan impor Ini dapat dilakukan dengan menaikkan pajak impor. Disamping itu dapat pula
dijalankan dengan menggunakan kuota dan melakuakan kampanye untuk membeli
barang dalam negeri.
b. Menekan (menggunakan valuta
asing) Pemerintah (melaui bank sentral) mencatat penggunaan
valuta asing. Masyarakat dan para pengusaha haruslah menerengkan tujuan mereka
membeli valuta asing. Pemerintah lebih mengutamakan penggunaan valuta asing
untuk mengimpor barang keperluan pokok dan bahan mentah sektor industri dan
tidak mendorong usaha mengimpor barang – barang mewah.
c. Menurunkan nilai mata uang
(devaluasi) Langkah ini menyebabkan barang impor menjadi lebih
mahal dan akan mengurangi impor. Sebaliknya barang ekspor menjadi murah di
pasaran luar negeri dan akan menambah ekspor.
Langah menambah ekspor dan sehingga
menambah penerimaan valuta asing, adalah :
a. Memberikan insentif fiskal
dan moneter untuk menambahkan kegiatan dalam produksi barang ekspor Intensif – intensif ini antara lain adalah membina kawasan perusahaan dan
kawasan bebas pajak, memberikan kemudahan pinjaman atau memberi subsidi ekspor.
b. Mewujudkan kestabilan upah
dan harga Pertambahan ekspor sangat tergantung kepada kemampuan
ekspor negara untuk bersaing di luar negeri. salah satu faktor yang menentukan
kapasitas bersaing adlah biaya produksi yang rendah. Untuk memastikan agar
biaya produksi tetap rendah, upah dan harga – harga barang dalam negeri perlu
distabilkan.
c. Menurunkan nilai valuta Seperti telah diterangkan diatas menurunkan nilai valuta bukan saja dapt
mengurangkan impor tetapi juga menambah ekspor.
Kebijakan Pengurangan
Perbelanjaan
Yang dimaksudkan Kebijakan
Pengurangan Perbelanjaan adalah langakh – langkah pemerintah untuk mengatasi
masalah kurangan dalam neraca pembayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat
dan tingkat kegiatan ekonomi negara.
Kebijakan Pengurangan
Perbelanjaan dilakukan apabila :
a. Perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan disamping itu juga
inflasi terwujud
b. Dalam perekonomian terdapat defisit yang berkepanjangan dalam neraca
pembayaran
Kebijakan Pengurangan
Perbelanjaan akan menurunkan impor, akan tetapi ekspor tidak akan
dipengaruhi oleh kebijakan ini.
Langkah – langkah Kebijakan
Pengurangan Perbelanjaan :
a. Menaikkan pajak pendapatan Pajak ini akan mengurangi pendapatan disposebel dan pengurangan ini akan
mengurangi konsumsi rumah tangga.
b. Menaikkan suku bunga dan
menurunkan penawaran uang Tujuan ini dapat dicapai
dengan menjalankan kebijakan moneter, misalnya dengan menaikkan tingkat
cadangan minimum dan menaikkan suku bunga bank. Pengurangan penawaran uang dan
suku bunga akan mengurangi pengeluaran agregat.
c. Mengurangi pengeluaran
pemerintah Oleh karena pengeluaran pemerintah adalah sebagian
dari pengeluaran agregat, maka pengurangan pengeluaran pemerintah akan
mengurangi pengeluaran agregat. Langkah ini digolongkan sebagai kebijakan
fiskal.
NB : DEVALUASI (PENURUNAN MATA UANG)
Devaluasi adalah tindakan pemerintah yang menurunkan nilai mata uangnya
terhadap mata uang asing.
Efek Devaluasi[8]
a. Ekspor akan bertambah, karena di pasaran luar negeri menjadi lebih mahal
b. Impor berkurang, karena barang luar negeri menjadi lebih mahal
c. Kenaikan ekspor dan pengurangan impor akan memperbaiki neraca pembayaran.
d. Pendapatan nasional akan bertambah oleh karena (a) ekspor naik, (b)
pengurangan impor menaikkan permintaan produk domestik, dan kenaikan yang
diakibatkan oleh (a) dan (b) akan mendorong investasi.
e. Mungkin inflasi berlaku, yaitu apabila kenaikan harga – harga barang
industri dalam negeri. inflasi juga berlaku apabila devaluasi dilakuakn ketika
perekonomian mengalami kemakmuran. Ini disebabkan kenaikan barang ekspor dan
perkembangan kegiatan ekonomi yang lain diakibatkan oleh devaluasi akan
menaikkan upah buruh dan harga – harga (oleh karena permintaan yang
berlebihan).
f. Diluar negeri mungkin melakukan langakah balasan dengan menggunakan
halangan perdagangan impor (yang dikenakan ke atas ekspor negara yang
mendevaluasikan valutanya) atau dengan melakukan devaluasi.
Syarat – syarat yang
dibuthkan untuk menyukseskan devaluasi[9] :
a. Ekspor negara itu elastis Hanya dalam keadaan hasil penjualan ekspor bertambah. Apabila permintaan
luar negeri ke atas barang ekspor negara yang mendevaluasikan valutanya tidak
elastis, devaluasi akan mengurangi penjualan ekspor.
b. Permintaan impor negara itu
tidak elastis apabila permintaan ekspor elastis, devaluasi
mengurangi jumlah impor dengan tingkat yang lebih tinggi dari penurunan nilai
mata uang. Maka pengeluaran ke atas barang impor akan menjadi lebih kecil dari
sebelum devaluasi.
c. Di dalam negeri tidak
berlaku inflasi Apabila devaluasi mengakibatkan inflasi di dalam
negeri, barang ekspor dan barnag buatan dalam negeri akan mengalami kenaikan
harga. Apabila tingkat kenaikan harga lebih besar dari tingkat devaluasi, padda
akhirnya harga ekspor menjadi mahal dan barang impor menjadi murah dari sebelum
devaluasi. Pada akhirnya negara itu tidak memperoleh sembarang keuntungan dari
devaluasi.
d. Negara lain tidak melakukan
balasan dan melakuakan devaluasi pula Apabila negara –
negara lain melakuakn tindakan yang sama, devaluasi tidak akan memberikan efek
kepadd neraca pembayaran dan perekonomian negara. Langkah seperti itu akan
dijalanakan apabila negara lain tersebut merupakan partner dagang yang sangat
penting.
[1] Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 390.
[2]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 16.
[3]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 391.
[4]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 391.
[5]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 391.
[6]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 392.
[7]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 393.
[8]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 408.
[9]
Sadono Sukirno, Makroekonomi,(Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010), hlm. 408 – 409.
Sumber : Gusti Pares
0 comments:
Post a Comment