PANCASILA DALAM
PERSPEKTIF HISTORIS
Era BPUPKI &
PPKI:
Pertentangan
Ideologi Nasionalis vs Islam
Kekalahan tentara Belanda 1942 kepada
tentara Jepang di Kalijati merupakan awal berkahirnya penjajahan Belanda di
Indonesia. Kemenangan Jepang tersebut –semula- disambut gembira oleh rakyat
Indonesia yang sejak awal tidak mempunyai harapan merdeka di bahwa penjajahan
Belanda. Harapan mereka, Jepang sebagai sesama bangsa Asia akan memberi
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dalam waktu dekat[1].
Strategi Jepang untuk menjajah Indonesia
memang cukup bagus, yaitu dengan membolehkan rakyat Indonesia mengibarkan
bendera merah putih, menyanyikan lagi Indonesia Raya, dan untuk mengganti untuk
sementara tenaga administratifnya yang ditenggelamkan Sekutu, pegawai pangreh
praja Indonesia dinaikkan pangkatnya meskipun diturunkan gajinya. Tentara
Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia[2]. Dengan sangat strategis,
tentara Jepang juga merekrut intelektual Indonesia dengan memberinya wadah
Komisi Penyelidik Adat Istiadat dan Tata Negara tanggal 8 November 1942 yang
bersama-sama 13 orang Jepang mendiskusikan idea-idea mereka tentang nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia baik untuk kepentingan Jepang maupun untuk kepentingan
Indonesia merdeka yang mereka cita-citakan[3]. Bahkan setelah kegagalan
Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia,
maka didirikanlah Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang diketuai oleh empat
serangkai, Sukarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan Mas Mansur, yang mendapat
sambutan hangat dari rakyat. Setelah itu dibentuklah berbagai organisasi massa
seperti Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Heiho yang terkenal dengan PETA yang
diprakarsai Gatot Mangkupraja. Semuanya adalah strategi Jepang untuk
‘melunakkan’ hati rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang melawan Sekutu.
Download Selengkapnya.
0 comments:
Post a Comment